Perisean Sasak di Dompu Ditutup Meriah, Warga Antusias Sambut Tradisi Warisan Leluhur
Dompu, NTB – Gelaran adat perisean, permainan ketangkasan bela diri khas suku Sasak, resmi ditutup di Lapangan Desa Kampasi Meci, Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu, Senin (1/9/2025). Kegiatan yang berlangsung sejak 23 Agustus hingga 1 September 2025 ini menjadi ajang silaturahmi antar-desa sekaligus langkah nyata dalam upaya melestarikan budaya warisan leluhur.
Penutupan acara berlangsung meriah dengan kehadiran sejumlah tokoh penting. Hadir anggota DPRD Kabupaten Dompu, Siswandi dari Partai Gerindra dan Kurniawan Ahmadi dari Partai Hanura, Kapolres Dompu atau pejabat yang mewakili, Camat Manggelewa Syaiful Arif, Kapolsek Manggelewa, Babinsa dan Bhabinkamtibmas dari tiga desa, serta para kepala desa dari Doromelo dan Anamina.
Tiga kepala desa penggagas acara, yakni Syaharuddin (Kampasi Meci), Jumawardin (Nusa Jaya), dan Wirapati (Suka Dame), mendapat apresiasi besar dari masyarakat atas perannya menghidupkan kembali tradisi perisean. Kolaborasi antar-desa ini dianggap sebagai wujud nyata persatuan dalam menjaga identitas budaya di tengah modernisasi.
Sejak hari pertama, ribuan warga memadati arena perisean. Sorak-sorai penonton mewarnai setiap pertarungan yang menampilkan keberanian dan ketangkasan para peserta. Tak hanya masyarakat Manggelewa, pengunjung juga datang dari berbagai wilayah lain di Kabupaten Dompu untuk menyaksikan atraksi budaya ini.
“Perisean bukan sekadar hiburan, tetapi simbol keberanian dan kebersamaan. Kami ingin anak muda tidak melupakan jati diri mereka sebagai bagian dari suku Sasak,” ungkap Syaharuddin, Kades Kampasi Meci sekaligus penanggung jawab kegiatan.
Pada penutupan lomba, diumumkan tiga desa terbaik. Desa Kampasi Meci keluar sebagai juara pertama dengan hadiah seekor sapi. Desa Suka Dame menempati juara kedua dan memperoleh dua ekor kambing, sementara Desa Nusa Jaya meraih juara ketiga dengan hadiah seekor kambing.
Kemenangan tersebut disambut meriah, namun bagi para kepala desa, nilai utama dari ajang ini bukanlah hadiah atau gelar juara. “Yang paling penting adalah bagaimana kegiatan ini mempererat tali persaudaraan. Tahun depan, DPRD siap mendukung agar acara seperti ini bisa lebih besar dan lebih baik,” ujar Kurniawan Ahmadi dari Partai Hanura.
Ketiga kepala desa sepakat bahwa kegiatan ini harus menjadi agenda tahunan. Mereka berharap perisean dapat menjadi daya tarik budaya yang tidak hanya dikenal di Dompu, tetapi juga di seluruh NTB. Bahkan, tak menutup kemungkinan perisean bisa berkembang sebagai event wisata budaya yang mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Semoga kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda dan memperluas pengenalan budaya Sasak, sehingga tidak hilang ditelan zaman. Kami ingin budaya ini terus hidup, tidak hanya di Dompu tetapi juga di tingkat provinsi bahkan nasional,” harap Jumawardin, Kades Nusa Jaya.
Acara penutupan dimulai pukul 14.17 Wita dan berakhir pukul 18.15 Wita. Jalannya kegiatan berlangsung tertib, aman, dan penuh keakraban. Aparat keamanan dari Polsek Manggelewa, Babinsa, serta Bhabinkamtibmas turut memastikan kegiatan berjalan tanpa hambatan.
Dengan berakhirnya ajang perisean tahun 2025, masyarakat berharap tahun mendatang kegiatan ini dapat digelar lebih besar, dengan dukungan penuh pemerintah daerah dan DPRD Dompu, sehingga perisean semakin dikenal luas sebagai warisan budaya yang membanggakan. (Nasaruddin)