Yusril Ihza Mahendra Kritik Kabinet: “Seperti Pasar Malam, Ramai tapi Kualitas Meragukan”
Dompu, NTB, global aktual — Politisi senior Yusril Ihza Mahendra menyampaikan kritik tajam terhadap kualitas kabinet pemerintahan saat ini. Menurutnya, kondisi menteri-menteri di dalam kabinet lebih menyerupai pasar malam yang ramai dan gaduh, namun kualitasnya meragukan.
Dalam pernyataannya, Yusril menilai banyak pejabat yang seharusnya bekerja dengan visi dan kapasitas justru terjebak dalam drama yang tidak mencerminkan profesionalisme. Ia menyoroti beberapa contoh, seperti menteri yang kurang menguasai bahasa Inggris padahal kerap berhadapan dengan forum internasional.
“Bayangkan jika pejabat tinggi hadir di meja G20, tapi kosa katanya hanya setara brosur wisata. Diplomasi pun berubah jadi sandiwara body language, hanya senyum dan angguk tanpa isi,” ujar Yusril, Senin (8/9/2025).
Selain itu, Yusril juga menyinggung kebijakan pangan yang dinilainya tidak realistis. Ia menyebut ada pejabat yang menyampaikan data surplus pangan, sementara kondisi di lapangan menunjukkan sebaliknya. “Beras naik dibilang surplus, jagung melimpah di kertas tapi kosong di gudang. Petani bingung, rakyat merana, sementara pejabat sibuk membuat grafis warna-warni untuk konferensi pers,” tambahnya.
Kritik juga diarahkan pada lemahnya tata niaga dan industrialisasi di Indonesia. Yusril menilai pejabat lebih sibuk membuat jargon ketimbang membangun sistem distribusi pangan dan industri yang sehat. “Negara lain membangun pabrik chip, kita masih ribut soal izin tumpang tindih kawasan industri. Industrialisasi diperlakukan seperti lomba 17 Agustus, ramai sehari, hilang esoknya,” ucapnya.
Lebih jauh, Yusril menyoroti perilaku pejabat yang dinilai tidak etis, seperti bermain kartu dengan tersangka. Ia menyebut kondisi itu membuat kabinet lebih mirip meja judi ketimbang meja rapat. “Nasib rakyat dipertaruhkan seperti chip kasino, sementara integritas negara dibuang ke tong sampah,” tegasnya.
Menurut Yusril, situasi ini membuat rakyat yang akhirnya harus bekerja keras menutup dampak dari kebijakan yang absurd. “Bangsa ini dikelola oleh kabinet kartu remi. Siapa dapat kartu bagus beruntung, siapa dapat kartu jelek biarkan saja. Toh, rakyat yang membayar taruhannya,” pungkasnya. (Nasaruddin)

