Polri Perkenalkan 30 Robot Canggih di Hari Bhayangkara ke-79, Tunjukkan Komitmen Menuju Smart Policing
Jakarta, global aktual – Dalam momentum peringatan Hari Bhayangkara ke-79 yang digelar di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (1/7/2025), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memperkenalkan 30 robot canggih sebagai bagian dari langkah transformasi digital menuju konsep smart policing.
Robot-robot yang ditampilkan dalam defile ini terdiri dari 10 unit robot humanoid, 13 unit robodog (berkaki empat), dan 7 unit robot penjinak bom. Ketiganya dirancang dengan fungsi yang berbeda namun saling melengkapi. Robot humanoid difokuskan untuk interaksi publik dan edukasi, robodog untuk pemantauan kawasan kompleks serta deteksi potensi bahaya, sementara robot penjinak bom dirancang menangani bahan peledak di lokasi rawan.
Dalam paparannya, Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa penerapan teknologi robotik ini akan dilakukan melalui tiga fase.
Fase pertama (2025–2026) mencakup tahap sosialisasi dan demonstrasi publik, termasuk keikutsertaan dalam peringatan Hari Bhayangkara serta penempatan unit demo di Museum Polri, Divisi Humas Mabes Polri, dan Pusat Edukasi Polri. Fase kedua melibatkan pelatihan personel serta kolaborasi riset dengan perguruan tinggi mitra. Fase ketiga, yakni tahap uji coba terbatas, akan diterapkan di sejumlah lokasi seperti Samsat, SPKT, serta beberapa gedung Mabes dan Polda dengan tujuan mendukung layanan informasi dan edukasi publik.
Antusiasme masyarakat terlihat dari ribuan pengunjung yang memadati kawasan Monas. Sorak-sorai terdengar saat deretan robot melintas dalam defile. Sejumlah pengunjung, termasuk anak-anak, tampak berinteraksi langsung dengan robot humanoid.
“Saya bangga melihat Polri mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Ini langkah maju untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan,” ujar Rina (28), salah seorang pengunjung asal Depok.
Komjen Dedi Prasetyo menegaskan bahwa penggunaan robot ini masih dalam tahap demonstratif dan edukatif. Ia menekankan bahwa teknologi ini bukan dimaksudkan untuk menggantikan peran manusia, melainkan sebagai mitra strategis dalam tugas kepolisian.
“Robot bukan pengganti, melainkan pendukung personel. Kita akan terus evaluasi dan sesuaikan teknologi ini dengan kebutuhan di lapangan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Polri memastikan bahwa pengembangan teknologi ini berpedoman pada tiga prinsip utama: non-militer (berfokus pada layanan publik), transparansi (dengan pelaporan berkala kepada publik), dan kemanusiaan (penggunaan teknologi yang memanusiakan manusia).
Direktur Utama PT SARI Teknologi, Dr. Yohanes Kurnia Widjaja, sebagai mitra pengembang teknologi ini, mengungkapkan bahwa seluruh unit robot masih dalam tahap riset, terutama terkait daya tahan dalam berbagai kondisi cuaca ekstrem.
“Generasi awal robodog mampu beroperasi hingga 8 jam. Kami menargetkan peningkatan hingga 24 jam operasi. Sedangkan untuk humanoid dan robot penjinak bom, pengujian sensor dalam kondisi basah dan berdebu masih berlangsung,” jelasnya.
Kehadiran robot-robot ini menjadi simbol komitmen Polri dalam menjalankan transformasi kelembagaan berbasis teknologi. Meski belum berstatus operasional penuh, langkah ini dinilai sebagai titik awal menuju layanan kepolisian yang lebih efisien, responsif, dan humanis dalam era digital. (Vgt)