Nasional

Pelaku Wisata, Nelayan, dan Tokoh Nasional Tolak Keras Keramba Jaring Apung di Pantai Timur Pangandaran

Pelaku Wisata, Nelayan, dan Tokoh Nasional Tolak Keras Keramba Jaring Apung di Pantai Timur Pangandaran

Pangandaran, global aktual – Forum Komunikasi Para Pelaku Wisata Pangandaran (FKP2WP) resmi menyatakan penolakan tegas terhadap keberadaan Keramba Jaring Apung (KJA) di kawasan Pantai Timur Pangandaran. Penolakan ini disampaikan melalui pernyataan sikap yang memuat alasan ekologis, sosial, dan ekonomi, serta mendapat dukungan penuh dari nelayan, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah yang digelar di Susi International Beach Strip, Rabu (13/8/2025).

Dalam pernyataan tersebut, FKP2WP menegaskan bahwa KJA bertentangan dengan visi-misi Kabupaten Pangandaran yang mengedepankan pariwisata sebagai penggerak utama ekonomi daerah. Kehadiran KJA dinilai mengancam keberlangsungan pariwisata, melanggar aturan tata ruang laut, merusak ekosistem, dan menutup akses nelayan tradisional yang sudah turun-temurun menggantungkan hidup dari laut Pangandaran.

Pantai Timur selama ini menjadi pusat aktivitas wisata bahari, mulai dari wisata perahu, olahraga air, snorkeling, hingga diving. Lokasi ini juga menjadi tempat beroperasinya nelayan tradisional yang selama puluhan tahun mempertahankan cara tangkap ramah lingkungan. Menurut FKP2WP, jika KJA dibiarkan, bukan hanya akan merusak estetika pantai, tetapi juga menghalangi jalur wisata air, mengganggu kenyamanan pengunjung, dan memicu kerusakan ekosistem laut akibat limbah pakan maupun jaring.

Ketua HNSI Kabupaten Pangandaran, Jeje Wiradinata, menegaskan bahwa nelayan tidak akan tinggal diam.

“Pantai Timur adalah urat nadi ekonomi bagi ribuan nelayan Pangandaran. Mereka bukan hanya mencari ikan, tetapi juga menjadi bagian dari wajah pariwisata kita. Jika ruang mereka diambil alih KJA, maka hilanglah satu-satunya sumber nafkah mereka. Nelayan kecil tidak punya pilihan lain selain melaut di perairan ini, dan jika terhalang KJA, itu sama saja memutus mata rantai kehidupan nelayan dan keluarga mereka,” ujarnya.

Jeje menambahkan, KJA di kawasan tersebut juga berpotensi memicu konflik horizontal antara nelayan dan pengelola KJA. “Kami menolak keras demi kelestarian laut, keberlangsungan hidup nelayan, dan masa depan generasi berikutnya yang bergantung pada sumber daya laut Pangandaran.”

Tokoh masyarakat nasional yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengkritik keras rencana KJA di Pantai Timur.

“Pantai Timur adalah salah satu aset bahari terbaik di Indonesia yang kita miliki. Menempatkan KJA di sana adalah keputusan yang salah secara ekologis dan ekonomi. KJA bukan hanya akan merusak pemandangan yang menjadi daya tarik wisata, tapi juga akan mencemari laut dengan limbah pakan, mengubah arus air, dan mengancam biota laut. Kita harus ingat, laut bukan hanya tempat mencari keuntungan sesaat, tetapi warisan untuk anak cucu,” tegas Susi.

Susi juga mengingatkan bahwa keberadaan KJA di lokasi strategis wisata akan menggerus citra Pangandaran sebagai destinasi internasional. “Orang datang ke sini untuk melihat laut yang indah, bukan deretan keramba. Jika dibiarkan, bukan hanya turis yang pergi, tapi juga investor pariwisata yang mundur.”

FKP2WP secara resmi menolak keberadaan Keramba Jaring Apung (KJA) di Pantai Timur Pangandaran dan mendesak pemerintah untuk menghentikan seluruh rencana maupun kegiatan KJA di wilayah tersebut. Mereka menegaskan, melindungi laut, nelayan, dan pariwisata adalah harga mati demi masa depan Pangandaran.

Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, memastikan pemerintah daerah akan bertindak cepat menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

“Kami memahami sepenuhnya kekhawatiran nelayan, pelaku wisata, dan masyarakat. Pemerintah daerah tidak ingin ada kebijakan yang justru merugikan rakyat sendiri. Kami akan memanggil semua pihak terkait, mengkaji ulang secara komprehensif, dan memastikan semua kebijakan sejalan dengan perlindungan lingkungan, penguatan sektor pariwisata, dan kesejahteraan warga,” jelasnya.

Citra menegaskan, keberadaan KJA di titik strategis pariwisata jelas tidak sejalan dengan visi Pangandaran sebagai destinasi wisata kelas dunia. “Kami ingin menjaga laut tetap bersih, aman, dan indah. Keputusan yang kami ambil nanti akan selalu berpihak pada keberlanjutan lingkungan dan masa depan ekonomi masyarakat,”tegas Citra Pitriyami.  (Hrs)

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Enjoy this blog? Please spread the word :)