Guru Swasta di Dompu Suarakan Tuntutan: “Guru Bukan Budak Pendidikan”
Dompu, global aktual – Deretan seragam hitam-putih memenuhi alun-alun Dompu, Kamis (25/9/2025). Di bahu kanan mereka tersemat pita merah putih, simbol perjuangan yang sederhana namun sarat makna. Mereka adalah guru-guru honorer swasta dari berbagai sekolah di Kabupaten Dompu yang hari ini bersatu menyuarakan suara hati: “Guru Bukan Budak Pendidikan.”
Aliansi Guru Swasta Kabupaten Dompu menggelar aksi damai dengan membawa pernyataan sikap dan tuntutan yang mereka sebut sebagai bentuk keadilan, bukan belas kasihan. Selama bertahun-tahun, mereka merasa dipinggirkan dalam kebijakan pendidikan, meski setiap hari berdiri di depan kelas untuk mendidik generasi bangsa.
“Apakah adil bila guru yang telah puluhan tahun mencerdaskan anak bangsa masih harus berjuang demi pengakuan? Apakah wajar bila hak kami untuk mengikuti seleksi ASN dan PPPK masih dipersempit dan dipersulit?” teriak salah satu orator, yang disambut tepuk tangan dan sorakan semangat dari peserta aksi.
Dalam pernyataan sikapnya, para guru menyampaikan dua poin utama. Pertama, mereka menuntut kesetaraan dan persamaan hak guru honorer swasta dalam seleksi PPPK maupun ASN. Kedua, mereka mendesak pemerintah mengangkat guru dengan masa pengabdian lima tahun ke atas hingga puluhan tahun menjadi ASN tanpa tes.
Bagi mereka, pengabdian panjang tidak boleh diukur dengan selembar tes yang kerap kali mempersulit. “Kami tidak meminta belas kasihan! Kami menuntut keadilan! Kami menuntut pengakuan! Kami menuntut hak yang dijamin undang-undang!” lantang suara mereka.
Tuntutan tersebut bukan tanpa dasar. Mereka mengutip sejumlah regulasi, mulai dari UUD 1945 Pasal 31, UU Guru dan Dosen, UU Sistem Pendidikan Nasional, hingga PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Semua itu, menurut mereka, menjadi bukti bahwa negara wajib hadir untuk menyejahterakan pendidik tanpa diskriminasi.
“Konstitusi jelas menyatakan: setiap warga negara berhak atas pendidikan, dan negara wajib membiayai serta menyejahterakan tenaga pendidik. Kalau guru diabaikan, sama saja mengabaikan masa depan bangsa,” ujar salah seorang guru senior yang telah lebih dari 20 tahun mengajar di sekolah swasta.
Suasana aksi kian mengharukan ketika para guru bersama-sama mengumandangkan seruan: “Sejahterakan guru, sejahterakan bangsa! Hargai pengabdian, wujudkan keadilan!” Mereka menolak stigma bahwa guru swasta hanyalah pelengkap dalam dunia pendidikan.
“Bukankah dari tangan guru lahirlah para pemimpin, pejabat, tentara, polisi, dokter, bahkan presiden? Tapi mengapa guru honorer swasta masih diperlakukan seolah tidak berharga?” kata seorang orator lain.
Aksi yang berlangsung damai ini ditutup dengan penegasan bahwa perjuangan mereka bukan sekadar untuk kepentingan pribadi, melainkan demi keberlangsungan pendidikan nasional. Guru swasta di Dompu berharap pemerintah pusat maupun daerah segera mengambil langkah nyata, bukan sekadar janji.
“Cukup sudah janji-janji manis! Kami ingin bukti nyata! Jika negara terus mengabaikan suara guru swasta, maka itu sama dengan mengabaikan masa depan bangsa ini!” tutup pernyataan sikap mereka. (Nasaruddin)

